My Coldest CEO

42| Pregnant? Bullshit!



42| Pregnant? Bullshit!

0Menggandeng tangan mungil yang sangat pas berada di genggamannya, Leo melihat gemas Felia yang sedang mengedarkan pandangan ke seluruh body jet pribadi miliknya. Tatapannya yang begitu lugu seolah-olah sangat terpesona dengan semua ini, sudah cukup menjadi bukti kalau wanita itu merasakan senang yang berkali-kali lipat.     

"Awas Fe, nanti kamu kesandung loh. Lihat-lihat kalau jalan," ucapnya sambil menarik pinggang Felia kala wanita manis itu ingin tersandung kakinya sendiri akibat jalan tanpa melihat-lihat sesuatu yang sedang di hadang.     

Merasa sangat malu karena dengan teguran Leo itu sudah pasti dirinya menjadi terlihat sangat aneh dan norak tentu saja, langsung menggaruk lengannya yang tidak gatal sambil terkekeh kecil. "Iya maaf, lagipula aku sedang melihat-lihat saja." ucapnya dengan kikuk.     

Ah sekali saja ia tidak bersikap berlebihan seperti ini, tapi ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya!     

"Yasudah yuk masuk, hati-hati."     

Leo membantu Felia menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam jet pribadi, ia tidak membiarkan bodyguard sewaan yang membantu wanitanya untuk masuk ke dalam sana. Tidak rela? tentu saja. Ia tidak akan pernah rela jika miliknya di sentuh oleh laki-laki selainnya.     

Setelah itu, mereka berdua sudah masuk ke dalam jet pribadi lalu mendaratkan bokong di kursi empuk yang terdapat di sana.     

"Apa tidak ada sabuk pengaman seperti di mobil? apa nanti aku tidak akan tergelincir ke salah satu sudut saat pesawat--"     

"Fe, tenang saja. Ada sistem pengamanan jika kamu mau pakai silahkan, jika tidak ya tidak masalah sama sekali."     

Leo gemas mendengar apa yang terucap dari mulut Felia, sampai-sampai ia harus memotong perkataan wanita itu. Baru kali ini ia bertemu dengan lawan jenis yang seperti Felia, biasanya sesederhana apapun wanita itu pasti sudah kenal dan haus harta kalau bertemu dengan laki-laki mapan seperti dirinya.     

Tapi Felia? tentu saja ia adalah wanita yang berbeda, kesederhanaannya benar-benar sederhana tanpa bumbu kebohongan.     

"Serius, Tuan? memangnya nanti--"     

"Hayo mau bertanya apa lagi? belum cukup jelas dengan penjelasan saya barusan, hm?"     

Leo menatap lekat Felia yang berada di sampingnya, perjalanan menuju Paris pasti akan terasa lama kalau bersama dengan seorang wanita yang sudah berhasil merebut hati. Dan kini, tanpa ia sadari rongga dadanya sudah merasa sesak akibat senyuman yang tidak hanya manis tapi juga sangat menawan yang di tampilkan Felia.     

"Ah maaf Tuan, aku memang ceroboh dan juga banyak sekali bertanya."     

"Kalau begitu, ingin makan apa?"     

Bagi Leo, makan si jet pribadi sudah hal biasa karena dirinya memang sering keluar negeri yang membuat jam makannya harus terkikis di udara. Jadi mau tidak mau harus makan di dalam jet pribadi, dan ya tentu saja suasananya berbeda.     

"Kenapa makan? memangnya tidak apa makan di dalam jet? nanti kotor, Tuan."     

Leo terkekeh kecil, meraih puncak kepala Felia lalu mengelus puncak kepala wanita tersebut dengan perlahan. "Enggak, Fe. Kalau kotor ya saya kan memiliki pelayan, itu pekerjaan mereka." ucapnya sambil memberikan sebuah senyuman hangat.     

"Tidak ah, aku mau beristirahat saja."     

"Di pagi hari seperti ini? memangnya kamu lelah?"     

Leo lupa kalau beberapa jam yang lalu mereka melakukan sebuah 'ritual' di kamar mandi yang dilakukannya terhadap wanita itu. Astaga, ia jadi mengingat bagaimana rasanya tubuh Felia yang sangat menggairahkan. Jangan, jangan sampai hasratnya kembali terkumpul menjadi satu.     

"Lelah lah, kamu lupa habis apa kan aku?" tanya Felia dengan decakan sebal, kedua matanya mendelik ke arah Leo karena melihat wajah laki-laki itu yang sangat terlihat polos tanpa dosa.     

Apalagi ia jadi membayangkan bagaimana agresifnya seorang Leonardo Luis. Bukan agresif yang membawanya menjadi jijik dengan laki-laki tersebut, tapi agresifnya kearah menggoda yang mampu membuat desahan demi desahan mulai keluar dari dalam mulutnya.     

Leo terkekeh kecil, lalu mengambil anakan rambut milik Felia yang menjuntai untuk di taruh ke belakang telinga. "Siapa yang bisa melupakan setiap inci tubuh cantik mu itu? tidak ada Fe, termasuk saya." ucapnya sambil mengerling. Ia mendekatkan wajahnya ke arah wanita tersebut lalu mengecup bibir mungil yang merah merona. Hanya kecupan loh bukan ciuman lembut yang mengabsen setiap deretan gigi, memabukkan.     

Blush     

Kedua pipi Felia terasa menghangat, selalu saja ia kehilangan pertahanan saat Leo menggoda dirinya hanya dengan deretan kalimat yang biasa saja. "E-eh? apa sih, jangan jadi CEO mesum yang menyebalkan." ucapnya sambil mendorong pelan wajah tampan laki-laki yang berada di sebelahnya dengan telapak tangan mungilnya.     

Lagipula, ia memang merasa malu saat membicarakan topik pembahasan yang terlalu vulgar seperti ini. Untuk apa membahas 'hubungan' menggairahkan mereka yang di lakukan beberapa jam sebelumnya?     

Leo terkekeh, lalu membenarkan letak jambulnya yang sedikit berantakan. "Yasudah kalau begitu kamu tidur saja, itu pun kalau bisa." ucapnya.     

Ia berpikir kalau para wanita tidak akan bisa tertidur selain di kasur ataupun setidaknya di sofa, dan level paling rendah itu tidur di lantai dengan beralas karpet.     

"Tentu saja bisa!" seru Felia sambil menatap Leo, ia menentang pemikiran yang kini sedang terlintas di jalan pikir laki-laki itu. "Boleh pinjam bahu kamu?" sambungnya sambil bertanya untuk meminta izin.     

Leo menaikkan sebelah alisnya karena heran, namun tak ayal tetap saja menganggukkan kepalanya dan sedikit menggeser tubuh untuk mendekatkan diri kepada Felia. "Tentu," ucapnya ketika sudah menemukan posisi yang tepat.     

Felia menatap lekat permukaan wajah tampan itu, lalu tersenyum. "Selamat beristirahat," gimananyaa dengan suara lembut, selembut bidadari surga jika bisa diibaratkan. Ia mulai menurunkan tatapannya pada Leo lalu menaruh kepalanya menyamping pada bahu kanan laki-laki tersebut.     

Kini, Posisi dirinya tengah memposisikan tubuh untuk bertumpu pada Leo.     

Mendengar suara itu dengan di susul oleh gerakan Felia yang menjadi tumpuan wanita itu untuk tertidur, Leo mengerjapkan kepalanya berkali-kali.     

Pada detik ini juga, Leo paham kalau wanita di dunia ini memiliki sifat yang berbeda-beda.     

Menarik senyuman tipis, lalu menggerakkan kepalanya untuk mencium puncak kepala Felia dengan sangat lembut. Mengecup puncak kepala itu selama beberapa detik sambil memejamkan kepala, posisi mereka begitu tenang.     

"Maaf Tuan jika mengganggu, tapi sedaritadi ponsel anda berdering. Takut penting,"     

Suara bariton itu seolah-olah menarik kembali Leo ke dunia nyata. Ia melihat ke arah seorang bodyguard yang menjulurkan ponsel miliknya dengan sopan, perlahan supaya tidak mengganggu Felia karena pergerakannya, ia segera menjulurkan tangan untuk meraih benda pipih tersebut. "Terimakasih," ucapnya dengan anggukan singkat.     

Melihat sang Tuan yang sudah merasa terbantu dengan dirinya, ia pun segera mengambil pijakannya yang memang berjaga di sudut ruangan. Menyaksikan segala tindakan romantis dan percakapan seperti itu sudah biasa bagi dirinya, ia juga laki-laki dan sangat paham dengan yang di rasakan oleh Leo.     

Sedangkan Leo itu sendiri? ia sudah mengerutkan keningnya, ia penasaran siapakah yang menghubungi dirinya di saat semua rencana dan juga pertemuan meeting ia batalkan hanya untuk seorang wanita bernama Felia.     

Melihat notifikasi yang tertera, ia hampir saja mengumpat kasar sebelum dirinya berpikir ada seorang wanita lugu yang tertidur dengan dengkuran halus di bahunya. Menelan bulat-bulat kalimat yang tidak jadi terucap itu, ia mendengus kecil. "Sial, untuk apa Azrell menghubungi saya lagi? masih belum puas dia mempersulit dan memperpanjang masalah ini?" gumamnya dengan raut wajah yang menahan protes.     

Mau tidak mau, karena ia sangat tahu bagaimana Azrell kalau di cuekin, tangannya bergerak untuk menari-nari di atas layar ponsel.     

| ruang chat |     

Leo     

Iya?     

Azrell     

Hai, pasti sedang have fun ya? menurut media sosial kamu sedang berangkat ke Paris dengan Felia, ah selamat bersenang-senang     

Leo     

Lebih baik kamu mengetik to the point saja, sangat tidak berbobot menanyakan kegiatan orang.     

Azrell     

Baiklah kalau begitu, aku ingin memberitahu kamu suatu hal. Tertarik?     

Entah kenapa, tepat saat membaca balasan pesan Azrell yang seperti itu membuat dada Leo berdebar. Pasalnya, wanita tersebut suka sekali mengundang masalah lainnya.     

Leo     

Ya     

Azrell     

Jawab dulu seolah-olah kamu penasaran, jangan hanya membalas dengan kata singkat itu     

Leo     

Iya, Azrell? dan apa itu pemberitahuan mu yang menarik? aku sangat penasaran.     

Azrell     

1     

2     

3     

Leo memutar kedua bola matanya, wanita ini sangat pandai bertele--     

Azrell     

Aku mengandung bayi mu, yeay!     

Pada detik itu juga, Leo membelalakkan kedua bola matanya. Tunggu, kenapa Azrell bisa tiba-tiba mengaku sedang mengaku anaknya? tentu saja ia tidak akan pernah percaya dengan hal itu.     

Leo     

Kamu berhubungan badan dengan banyak laki-laki, tapi tidak dengan saya. Saya sama sekali tidak menyentuh tubuh mu, kecuali berciuman.     

Masa hanya karena ciuman bisa berdampak kehamilan? ayolah jangan bercanda!     

Azrell     

Percaya atau tidak, kamu akan menjadi seorang Daddy dan kita akan menikah!     

| ruang chat berakhir |     

Leo hanya membaca pesan terakhir yang terlihat menyebalkan itu. Memangnya ia percaya dengan semua ini? tentu saja tidak!     

Eh, tunggu? kecuali saat beberapa pekan lalu ia sempat mabuk bersama dengan Azrell, jangan-jangan...     

"Tidak mungkin, dasar wanita yang menyebalkan, sialan!"     

Pada detik itu juga, tubuh Felia tersentak dengan ucapan Leo. Wanita malang yang baru beberapa menit masuk ke dalam mimpi mulai menegakkan duduknya, sambil mengerjapkan kedua bola mata berkali-kali.     

"Ada apa, Tuan?"     

"Tidak, bukan apa-apa."     

Karena hal ini, suasana hati Leo memburuk karena kabar dari Azrell barusan membuat sebuah pemikiran yang baru, bersarang di otaknya. Bagaimana pun juga, laki-laki bisa khilaf dan melalaikan janjinya demi nafsu.     

"Kalau bukan apa-apa, kenapa terlihat sangat cemas sekali seperti itu? cerita saja, Tuan." Felia pun yang baru bangun dari tidurnya tidak tau apa-apa selain Leo yang tadi mengumpat kasar. Menatap laki-laki tersebut dengan kedua bola mata yang membulat kebingungan.     

Leo menatap ke arah Felia, raut wajahnya menjadi datar seakan-akan tidak menerima pertanyaan yang semakin menambah pikirannya. "Tidak ada," ucapnya. Ia beranjak dari duduk, meninggalkan wanita itu begitu saja tanpa adanya penjelasan yang pasti.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.